Senin, 25 September 2017

Karunia Terindah

*Dia KaruniaMu Terindah*
(based on true story, copas dari group sebelah) ;

Aku pensiunan pegawai kantor walikota. Usiaku sudah 63 tahun dan sekarang duduk di kursi roda karena suatu penyakit. Suamiku meninggal sewaktu aku memasuki masa pensiun. Anak2 kami ada 4, semuanya berprestasi kecuali si bungsu kami. Dia menderita kelainan, wajahnya tidak sempurna dan kelakuannya tidak sesuai dgn umurnya. Tapi hatinya baik dan suka menolong. Ketiga anakku yg lain adalah sarjana ITB, 2 orang mendapat bea siswa ke Amerika dan Jerman dan sekarang ketiga2nya sudah punya perusahaan sendiri yg maju, dan hidup sangat berkecukupan.

Setelah suamiku meninggal aku tinggal berdua saja dengan si bungsu. Pagi2 dia mengangkatku ke kamar mandi, setelah itu mengangkatku lagi ke kursi roda. Dia membantuku berpakaian. Dia juga rajin memasak makanan kesukaanku. Tiap pagi dia membawa ku dgn kursi rodaku keliling kompleks perumahan untuk menikmati matahari.

Dalam hidupku yg sepi ini aku sering menangis kalau memandang wajah si bungsuku. Bukan karena dia cacat, tapi karena kami selama ini telah menyia2kan nya, menyisihkannya dari anak2ku yg lain. Aku tidak bisa melupakan bagaimana kami tidak pernah mengajaknya liburan bersama kakak2nya, tidak pernah mengikutkannya dalam acara keluarga atau kumpul2 dgn teman dan kerabat. Bahkan dalam foto keluargapun kami tidak mengikut sertakannya. Kami seakan hanya punya 3 anak. Aku juga tidak pernah lupa bagaimana bangganya kami dgn prestasi kakak2nya sejak mereka masuk sekolah TK sampai selesai kuliah. Semua orang kagum dan memuji mereka dan salut dgn cara kami mendidik mereka.

Waktu berlalu. Sejak anak2ku berkeluarga, mereka kelihatan sangat sibuk. Mereka jarang menelpon, pulang kerumah waktu liburanpun sekali2 saja. Lebaran tahun lalu si sulung pulang sekeluarga. Tapi aku heran dan sedih mereka tidak mau menginap dirumah kami, rumah tempat dia dibesarkan. Mereka lebih memilih hotel. Setelah sholat led aku dan si bungsu sudah siap menunggu mereka dgn hidangan rawon dan empal daging kesukaan anakku. Sampai siang mereka belum muncul, kemudian berangsur sore mereka belum juga datang. Aku sudah berusaha beberapa kali menelpon, tetapi telponnya tidak diangkat. Setelah jam 8 malam si sulungku yg ku tunggu2 datang juga. Tapi tanpa anak2 dan istrinya. Katanya ringan, "mereka capek seharian pergi mutar2 kota, dan sekarang mau tidur". Waktu kukatakan kalau rawon dan empal sudah disediakan, dia menjawab, "sudah makan ma, kenyang". Kemudian dia berbalik dan kembali ke hotel. Aku duduk terhenyak. Kenapa semuanya berobah begini? Dia kebanggaanku dari dulu kenapa sekarang jauh berbeda? Ya Allah, aku menangis ter-sedu2. Si bungsuku berlutut di depanku sambil memegangi tanganku dan berkata: "Ma, jangan nangis, nanti mama sakit. Empalnya kita aja yg makan. Aku suka kok, mama juga suka kan?". Dia memelukku sembari menghapus air mataku. Kami berpelukan erat.

Ampuni hamba ya Allah, telah menyia-nyiakan karunia terindahMu yg berhati emas ini. Ampuni hamba telah pilih kasih kepada titipanMu. Ampuni hamba telah me-nyia2kan kepercayaanMu yg telah menitipkan dia yg tidak sempurna ini. Ampuni hamba telah menganggapnya tidak ada. Ampuni hamba telah merasa malu menerima titipanMu ini ya Allah. Ampuni hamba telah sombong membangga2kan kakak2nya. Ya Allah, hamba orang yg hina. Ampuni hamba ya Allah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar